Setiap
manusia pasti membutuhkan cinta, karena pada dasarnya manusia tidak pernah
lepas dari yang namanya cinta. Manusia bisa mendapatkan dan merasakan cinta
dari siapapun, di manapun, dan kapanpun. Contoh yang sudah tidak asing lagi
yaitu cinta kita kepada Tuhan sang pencipta, cinta kepada orang tua atau anak,
cinta kepada sesama manusia, dan cinta kepada sahabat.
Menurut
kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, Cinta adalah rasa
sangat suka atau sayang (kepada) ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik
hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau
sangat menaruh belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diatikan
sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh
belas kasihan.
Seperti
gambar tersebut merupakan bentuk cinta seorang anak kepada ibunya, anak itu
merasakan kenikmatan dan kenyamanan selama ia dekat dengan ibunya dan kasih
sayang itu akan dibuktikan anak dengan tingkah atau perilaku yang baik. Anak
akan memberikan semua yang terbaik untuk ibunya dan ingin selalu ibunya
bahagia. Sebaliknya dengan orang tua, mereka pun rela mengorbankan apa saja
demi kebahagiaan anak-anaknya.
Orang
tua dan anak memiliki ikatan batin yang kuat sehingga cinta kasih terhadap
orang tua dan anak muncul secara alami. Karena pada saat ibu mengandung selama
9 bulan menjaga dan merawat anaknya dalam kandungan. Sang ayah pun dengan sabar
menunggu dan memberi motivasi agar semua baik-baik
saja. Ibu memberikan asupan gizi pada saat kita berada dalam kandungan,
memberikan perlindungan dan cinta kasih, tanpa pamrih. Begitu pula setelah kita
dilahirkan, kedua orang tua kita berusaha merawat, membesarkan, bekerja demi
menghidupi sang anak dan mendidik anaknya dengan baik agar sang anak bisa
tumbuh dan berkembang dengan baik, dan berharap kelak menjadi seorang anak yang
bisa membanggakan, sukses dunia maupun akhirat, dan seorang anak yang membahagiakan kedua orang
tuanya.
Terkadang
pada saat beliau marah itu hanya demi kebaikkan kita yang mereka anggap itu
adalah salah dan tujuannya adalah untuk kita dapat belajar dari kesalahan yang
telah kita lakukan sebelumnya. Tetapi biasanya sang anak malah akan marah atau
kesal dengan apa yang orang tua nasihati kepada kita. Menurut ajaran agama
islam seorang anak tidak boleh berkata atau intonasinya lebih tinggi dari apa
yang orang tua kita bicarakan. Hal seperti ini jangan lah ditiru oleh seorang
anak, sebaiknya kita bersikap dan berbicara lebih lembut dan santun kepada orang
tua kita.
Jika
terjadi perbedaan pendapat hendaknya tidak saling memaksakan kehendaknya
masing-masing, tapi harus dicari solusinya bersama-sama sehingga terwujud
keluarga yang harmonis tanpa ada pertengkaran bahkan perpecahan keluarga.
Sehingga cinta tak membuat seseorang merasa menderita karena ingin selalu
memberikan yang terbaik tapi akhirnya malah membawa derita baginya.
Orang
tua mana yang tidak bangga melihat anaknya sukses, dengan melihat anaknya yang
sukses orang tua merasa puas dengan kerja keras yang beliau lakukan untuk kita.
Oleh karena itu sebagai seorang anak, untuk membalas budi yang telah di berikan
orang tua kepada kita hanyalah dengan memberikan do’a pada saat kita sholat
agar mereka diberi perlindungan dunia maupun akhirat oleh-Nya.
Kesuksesan
yang diraih oleh seorang anak tidak akan berhasil tanpa adanya peran dan lantunan
doa dari kedua orang tua kita. Dan kesuksesan yang kita dapat tidak akan
berguna tanpa adanya akhlak yang baik dalam diri seorang anak terutama kepada
orang tuanya. Sehingga akhlak yang baik yang dimiliki oleh seorang anak
merupakan kebahagiaan utama yang dirasakan oleh orang tua.
Salah
satu wujud atau ungkapan cinta seorang anak kepda orang tua adalah pada saat
kita mencium tangan pada saat bepergian, seseorang yang terbiasa dengan hal ini
mempunyai sikap patuh kepada orang tuanya. Karena pada saat mencium tangan
orang tua sebelum bepergian berarti dia meminta izin atau restu kepada orang
tua. Ini merupakan sikap bertanggung jawab seorang anak, lebih tepatnya sikap
patuh kepada orang tua. Orang tua pun tidak cemas dengan anak-anak mereka yang
sedang berada di sekolah, sedang jalan-jalan bersama teman ataupun sedang
merantau karena mereka(orang tua) yakin anaknya selalu minta restu sebelum
bepergian. Adapula seorang anak yang ingin menjadi berarti dihadapan orang
tuanya dengan beberapa usaha yang bisa ia lakukan. Diantaranya, membantu orang
tua, berusaha berprestasi dan menjadi orang sukses. Tak diragukan lagi, ketika
salah satu dari orang tua kita ada yang sakit, seorang anak sewajarnya berusaha
untuk merawat orang tuanya. Semua itu merupakan usaha untuk membahagiakan orang
tua dalam rangka wujud cintanya kepada kedua orang tua kita.
Cinta
seorang anak kepada orang tua tidak akan menyadari bahwa cintanya akan membuat
mereka takut untuk kehilangan keduanya, padahal semua itu(kedua orang tua)
hanyalah titipan dari Allah SWT kepada kita. Dan apabila sewaktu-waktu sang
pencipta ingin mengambilnya, maka kita haruslah ikhlas. Seperti halnya semua
yang kita miliki dalam hidup ini pada hakekatnya merupakan titipan Sang
Khalik, Zat yang maha memiliki dan maha berkuasa atas seluruh
alam semesta ini. Sebagai manusia kita hanya diberi Sang Pemilik hak
pakai sementara. Waktu dan masa pakainya tidak ada yang tahu pasti, tergantung
Sang Pemilik kapan Dia akan mengambil lagi semua yang pernah dititipkan pada
kita
Perwujudan
cinta ini tidak boleh bertentangan dengan ajaran yang terdeapat di Al Qur’an
dan Sunnah. Cinta yang berlebihan justru tidak akan melahirkan kebahagiaan dan
kesempurnaan tujuan yang hendak dicapai. Wujud kecintaan seseorang ini bisa
ditunjukkan dengan tingkah lakunya atau akhlaknya. Allah SWT sendiri telah
mengutus Rasulullah SAW untuk menyempurnakan akhlak dan sebagai teladan yang
baik bagi seluruh umat manusia terutama umat Islam. Dengan begitu, tiap
perilaku yang hendak dilakukan sepatutnya bercermin pada al Qur’an dan Sunnah
melalui Rasulullah SAW yang memang diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Memiliki
anak-anak yang cerdas adalah harapan dan impian tiap orang tua terutama ibu
yang melahirkan anaknya. Anak yang cerdas dengan investasi yang memadai
merupakan pilihan dan keinginan yang bijak dan rasional yang memerlukan
persiapan-persiapan yang panjang. Berbuat baik, santunlah kepada kedua orang
tua kita, karena ibu ialah seseorang yang membangun surga bagi anak-anaknya di
masa depan. Ibu adalah lingkungan pertama seorang anak mengenal ilmu
pengetahuan, ibulah yang pertama kali mengajarkan anaknya, membentuk
kepribadiannya, kecerdasannya, dan membentuk mentalitas anaknya.
“Rabb-mu
telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan kepada-Nya
dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tuanya dengan sebaik-baiknya. Dan
jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu
maka janganlah katakana kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak
keduanya. Katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah
dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai
Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.”
(Q.S Al-Isra [17]:23-24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar